A. Jaman Pengaruh Islam
Pengaruh Islam berkembang dari tanah Arab,
ke barat yaitu ke Afrika Utara,sampai Spanyol dan Semenanjung Balkan ke timur
yaitu Parsia, India/Gujarat. Dari Gujarat menyebar ke Asia Tenggara dan Cina
termasuk Indonesia. Melalui sistem pelayaran perdagangan dan pedagang muslim
Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat, Sumatera Utara yaitu Samodra Pasai ,
Perlak Malaka, Brunai, Sabah dan ke Jawa yaitu Demak, ke Gresik, Maluku dan ke utara
ke Kalimantan selatan. Pengembang Islam melalui saluran perdagangan, pendidikan
pesantren, golongan tassawuf, institusi kerajaan Islam, Institusi sosial
komunikasi muslim, dan berbagai kegiatan upacara keagamaan Islam.
Pengaruh Islam tampak pada bangunan tempat
ibadah masjid, makam, keraton, seni musik, seni rupa, seni sastra. Seni
bangunan utama yang banyak berpengaruh ialah banguna masjid. Ciri khas bangunan
masjid pada masa awal pengaruh Islam misalnya pada masjid Demak, Kudus, Jepara.
Pada masjid Kuno masih terdapat pengaruh unsur seni bangunan Hindu/Budha misalnya
di Kudus dan Jepara.
Pada seni rupa, misalnya seni patung,
seni dekorasi dan ornamentasi ada perbedaan antara seni jaman Hindu dan Islam.
Seni rupa pada jaman Islam tidak terdapat unsur ragam hias bentuk makhluk
hidup, tidak mengenal seni arca atau patung.
B. Pengaruh Kebudayaan Barat
Pengaruh kebudayaan barat berlangsung sejak permulaan abad XVII sampai
abad XX. Ketika itu Negara barat telah mengalami berbagai kemajuan dalam bidang
sosial revolusi industri, perkembangan ekonomi kapaitalis yang liberalistis.
Dengan meluasnya sistem kapitalis dan permodalan maka di perlukan perluasan
pasar dan sumber bahan untuk industri. Sejak abad XVII, orang barat mulai meluaskan pengaruhnya
ke Negara-negara timur, termasuk Indonesia. Pengaruh kebudayaan barat dapat
dikaji dari :
a. Perubahan sosial dari masyarakat bersifat tradisional pedesaan menjadi
masyarakat modern perkotaan, yang berciri faham liberal dan individualistis.
b. Perubahan pada sistem perekonomian
dari sistem ekonomi agraris feodalistis menjadi ekonomi uang serta pasar.
c. Perbedaan struktur politik dan
pemerintahan, dari birokrasi pemerintahan kerajaan feodal, ke birokrasi
pemerintahan kolonial.
d. Pengaruh pada perkembangan system
pendidikan ilmu dan teknologi.
e. Pengaruh pada keagamaan Kristen-
katholik.
Secara nyata unsur
pengaruh kebudayaan Barat dapat di lihat
pada masyarakat perkotaan misalnya pada perumahan, bentuk bangunan
bergaya arsitektur tradisional seperti rumah bentuk strotong, doro gepak, joglo
atau tikelan dengan bentuk “lojen” seperti bangunan perkantoran, benteng,
tangsiatau asrama dan rumah dinas di kota distrik, kawedanan, kabupaten dan
karesidenan. Alat transportasi tradisional seperti gerobak sapi delman, menjadi
kurang penting setelah muncul alat transportasi modern seperti kereta api,
mobil dan kapal bermotor. Gaya hidup masyarakat perkotaan juga di lihat pada
model pakaian barat, kesenian barat seperti musik dengan alatnya yang berbeda
dengan kesenian tradisional, seni teater dan tari. Pengaruh barat juga meresap melalui
pendidikan barat, dengan di dirikannya sekolah-sekolah ( Poesponegoro dan
Notosusanto, 1974 : 329-242). Akan tetapi pengaruh kebudayaan barat tidak
langsung masuk kedalam masyarakat lapisan bawah pedesaan atau petani. Lapisan
masyarakat yang menerima pengaruh barat pada awalnya ialah masyarakat elite
dalam birokrasi colonial, dan pada abad XX baru memasuki masyarakat pedesaan,
lewat perubahan kehidupan ekonomi. Kebudayaan yang sudah berakar dalam
masyarakat seperti sistem gotong royong, kebersamaan dan kekeluargaan masih
terdapat dalam masyarakat. (Burger, 1977 : 110-1380).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar