Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama untuk
menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan nilai-nilai kebenaran. Semua
orang yang berhasrat untuk mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan
kebenaran. Kebenaran adalah satu nilai utama kehidupan manusia. Sebagi
nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. artinya sifat manusiawi atau
martabat kemanusian selalu berusaha memeluk suatu kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan objek pikir
manusia sudah lama menjadi penyelidikan manusi. Manusia sepanjang sejarah
kebudayaanya menyelidiki secara terus menerus apakah hakekat kebenaran itu.
Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat
asasinya akan terdorong untuk melaksanakan kebenaran tersebut. Sebaliknya
pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa melaksanakan kebenaran
tersebut manusia akan megalami pertentangan batin, dan konflik psikologis.
Kebenaran adalah satu nilai utama di
dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia.
Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu
berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
A. Pengertian Kebenaran dan Tingkatannya
Dalam kehidupan manusia, kebenaran
adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam kepribadian dan kesadarannya tak
mungkin tnapa kebanran.
Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan
kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah
tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang
didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio
3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir
murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang
bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan
integritas dengan iman dan kepercayaan
Keempat tingkat kebenarna ini
berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga proses dan cara
terjadinya, disamping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang
dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenarna itu. Misalnya
pada tingkat kebenaran indera, potensi subyek yang menangkapnya ialah panca
indra.
Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan,
fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebanran itu, membina dan
menyempurnakannya sejalan dengan kematangan kepribadiannya.
Ukuran Kebenarannya :
- Berfikir merupakan suatu aktifitas
manusia untuk menemukan kebenaran
- Apa yang disebut benar oleh
seseorang belum tentu benar bagi orang lain
- Oleh karena itu diperlukan suatu
ukuran atau kriteria kebenaran
Jenis-jenis Kebenaran :
1. Kebenaran Epistemologi (berkaitan
dengan pengetahuan)
2. Kebenaran ontologis (berkaitan
dengan sesuatu yang ada/ diadakan)
3. Kebenaran semantis (berkaitan
dengan bahasa dan tutur kata)
Manusia selalu mencari kebenaran,
jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula
untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang
kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami
pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu
yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya
dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang
dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
Kebenaran agama yang ditangkap
dengan seluruh kepribadian, terutama oleh budi nurani merupakan puncak
kesadaran manusia. Hal ini bukan saja karena sumber kebnarna itu bersal dari
Tuhan Yang Maha Esa supernatural melainkan juga karena yang menerima kebenaran
ini adalah satu subyek dengna integritas kepribadian. Nilai kebenaran agama
menduduki status tertinggi karena wujud kebenaran ini ditangkap oleh integritas
kepribadian. Seluruh tingkat pengalaman, yakni pengalaman ilmiah, dan
pengalaman filosofis terhimpun pada puncak kesadaran religius yang dimana di
dalam kebenaran ini mengandung tujuan hidup manusia dan sangat berarti untuk
dijalankan oleh manusia.
B. Teori-Teori Kebenaran Menurut
Filsafat
Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran
ilmiah. Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidk semua hal itu
langsung kit golongkan sebagai ilmu pengetahuan. Hanya pengetahuan tertentu,
yang diperoleh dari kegiatan ilmiah, dengan metode yang sistematis, melalui
penelitian, analisis dan pengujian data secara ilmiah, yang dapat kit sebut
sebagai ilmu pengetahuan
1. Teori korespondensi
Masalah kebenaran menurut teori ini
hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi,fakta, peristiwa,
pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau
kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek,
maka sesuatu itu benar.
Teori korispodensi (corespondence
theory of truth) menerangkan bahwa
kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian
antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang
dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
Aristoteles meletakkan dasar teori kebenaran sebagai
persesuaian, bahwa kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dikatakan
dengan kenyataan. Aristoteles mengatakan “ Hal yang ada sebagai tidak ada, atau
hal yang tidak ada sebagai ada adalah salah. Sebaliknya mengatakan bahwa hal
yang ada sebagai ada, atau hal yng tidak ada sebagai tidak ada, adalah benar.
Dari apa yang dikatakan aristoteles diatas dapat kita fahami bahwa segala apa
yang kita katakan adalah sebuah hal yang benar apabila hal tersebut memang
benar-benar ada dan didukung dengan sebuah kenyataan
Kebenaran adalah kesesuaian
pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan
sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
1. Statemaent (pernyataan)
2. Persesuaian (agreemant)
3. Situasi (situation)
4. Kenyataan (realitas)
5. Putusan (judgements)
Kebenaran adalah fidelity to
objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh
aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut
oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada
abad moderen.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika
induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menurut
corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi
anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan
kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan
sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
Artinya anak harus mewujudkan di
dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu. Bahkan anak harus
mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan dengan
nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga
kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku.
Apa yang ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus
dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai)
bila sesuai maka itu benar.
2. Teori koherensi
Menurut
teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment)
dengan sesuatu yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan
antara putusan-putusan itu sendiri].Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas
hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah
kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu.
Jadi suatu
proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu coherent [saling berhubungan]
dengan proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi
tersebut koheren dengan pengalaman kita.
Selanjutnya
teori konsistensi/koherensi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
· Kebenaran adalah kesesuaian antara
suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang lebih dahulu kita akui/ terima/
ketahui kebenarannya.
· Teori ini dapat juga dinamakan teori
justifikasi tentang kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan dianggap
benar apabila mendapat justifikasi putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang
sudah dikatahu kebenarannya.
Misalnya:
Bungkarno, adalah ayahanda Megawati Sukarno Puteri, adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar. Jika terdapat penyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut diatas, maka pernyataan ini dapat dinyatakan Benar. Kerena koheren dengan pernyataan yang dahulu Misalnya.
Misalnya:
Bungkarno, adalah ayahanda Megawati Sukarno Puteri, adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar. Jika terdapat penyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut diatas, maka pernyataan ini dapat dinyatakan Benar. Kerena koheren dengan pernyataan yang dahulu Misalnya.
-
Bungkarno memiliki anak bernama Megawati Sukarno Putri
- Anak-anak Bungkarno ada yang bernama Megawati Sukarno Putri
- Megawati Sukarno Putri adalah keturunan Bungkarno
- Anak-anak Bungkarno ada yang bernama Megawati Sukarno Putri
- Megawati Sukarno Putri adalah keturunan Bungkarno
3. Teori konsistensi
Teori ini merupakan suatu usaha pengujian
(test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika
kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan
hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat
yang lain.
Menurut teori consistency untuk
menetapkan suatu kebenaran bukanlah didasarkan atas hubungan subyek dengan
realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide, kesannya
dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena
itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali
berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek lain.
Teori ini dipandang sebagai teori
ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam penelitian pendidikan
khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan.
Teori konsisten ini tidaklah
bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini lebih bersifat
melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang teliti dan
teori korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti
kebenaran. Sedah teori konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti
kebenaran tadi.
Teori koherensi (the coherence
theory of trut) menganggap suatu pernyataan benar bila di dalamnya tidak ada
perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya yang
telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika
pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan
lain yang telah diterima kebenarannya.
Rumusan kebenaran adalah turth is a
sistematis coherence dan trut is consistency. Jika A = B dan B = C maka A = C
Logika matematik yang deduktif
memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan
akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan
oleh aliran metafisikus rasional dan idealis.
Teori ini sudah ada sejak Pra
Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu
teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji.
Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori
lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
4. Teori Pragmatisme
Paragmatisme menguji kebenaran dalam
praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem
olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna
mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan
pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan
kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di
dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan
tuntutan-tuntutan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, suatu teori
akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih jelas dan mampu
mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah.
Jika teori itu praktis, mampu
memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat secara
efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Teori pragmatisme (the pragmatic
theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memliki
kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kaum pragmatis menggunakan kriteria
kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility) dan
akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada
kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan
akibatnya.
Akibat/ hasil yang memuaskan bagi
kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan
tujuan
2. Sesu ai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong
perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan paling
nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalha Charles S. Pierce (1914-1939)
dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859).
Wiliam James misalnya menekankan
bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi, pada hasil tindakan yang
dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu sendiri,
malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory
Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara
tak langsung melalui kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi).
Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek di dalam program solving.
4. Kebenaran Religius
Kebenaran adalah kesan subjek
tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan dengan realita objek. Jika
keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar.
Kebenaran tak cukup hanya diukur
dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective,
universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara
antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Nilai kebenaran mutlak yang
bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan
superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah kebenarna
tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah,
kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebanaran ini :
Agama sebagai teori kebenaran
Ketiga teori kebenaran sebelumnya
menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam
teori kebanran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk
pencari kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama.
Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran
agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan
haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk
kebenaran.
C. Sifat-sifat
kebenaran ilmiah
Kebenaran
ilmiah diperoleh melalui prosedur baku dibidang keilmuan yakni metodologi
ilmiah. Pada kebenaran ilmu-ilmu alam berlaku teori korespondensi, sedangkan
pada kebenaran ilmu-ilmu manusia berlaku teori koherensi.
Pada ilmu
alam, fakta obyektif diperlukan untuk membuktikan setiap pernyataan. Oleh sebab
itu, kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan dan fakta obyektif.
Sebaliknya pada ilmu-ilmu manusia, yang dianut adalah konsistensi dam koherensi
antar pernyataan. Kebenaran ilmiah bersifat obyektif dan universal.
1. Bersifat Obyektif
Kebenaran sebuah teori ilmiah
harus didukung oleh kenyataan obyektif(fakta). Itu berarti, kebenaran ilmiah
tidak bersifat subyektif.
2. Bersifat Universal
Kebenarn ini merupakan hasil konvensi dari
para ilmuan dibidangnya. Hanya dengan
demikian, kebenaran ilmiah dapat
dipertahankan. Hal ini mengandaikan pula bahwa
tidak menutup kemungkinan suatu teori yang
dianggap benar suatu waktu akan gugur
oleh hasil penemuan baru. Juga membutuhkan
konvensi para ilmuan. Alasan
mengapa kebenaran ilmiah juga bersifat relatif
ialah karena rasio manusia terbatas.
Ilmu dan teknologi mengalami perkembangan
tidak sekaligus dan final, tapi tahap
demi tahap. Lebih sering suatu kebanaran
berarti kebenaran sementara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar